Cari Blog Ini

Rabu, 09 November 2011

Es Dawet minuman asli Banjarnegara


Siapa yang tak kenal es dawet minuman khas dari banjarnegara ini? Es dawet adalah salah satu minuman tradisional yang tidak pernah hilang atau tergeserkan. Es dawet identik dengan gula jawanya, perpaduan rasa segar dari santan kelapa dan manis  gula jawanya di tambah aroma wangi daun pandan dan rasa dawet yang menggoda, minuman ini akan selalu ada dihati setiap penikmatnya. 

Jika diperhatikan secara teliti gerobak dawet maka Anda bisa melihat gambar dua orang tokoh wayang yang sangat terkenal, yaitu tokoh Punakawan: Semar dan anaknya Gareng. Kenapa penjual dawet memasang dua tokoh wayang tersebut? menurut orang tua jaman dulu asal usulnya karena seMAR dan garENG akan membentuk kata “MARENGdalam bahasa jawa, yang artinya adalah kemarau. Jika musim kemarau tentu saja panas dan membuat cepat haus. Es dawet bias menjadi pilihan di saat haus, penghilang dahaga. Selain rasanya segar, manis dan tentu saja murah.

Tips tips membuat es dawet khas Banjarnegara
BAHAN (dawet) :
a. 125 gr tepung sagu aren
b. 25 gr tepung beras
c. 400 gr air
d. 100 ml air daun suji (30 lbr daun suji blender bersama 150 ml air, saring)
e. 3 tetes pewarna hijau

BAHAN (kuah gula merah) :                                     
a. 250 gr gula merah, iris tipis
b. 300 ml air
c. 1 lbr daun pandan

BAHAN (kuah santan) :
                                
a. 750 ml santan dari 1 btr kelapa
b. 1/2 sdt garam
c. 2 lbr daun pandan
d. 10 bh daging nangka,potong dadu

CAR
A MEMBUAT :

1. Aduk rata bahan dawet, masak sambil diaduk hingga meletup-letup.
2. Angkat, panas-panas, tuang ke cetakan cendol, tekan cetakan cendol.
3. Tampung cendol yang keluar ke dalam baskom berisi air dingin.
4. Rebus kuah gula merah sambil diaduk hingga mendidih, saring, dinginkan.
5. Rebus kuah santan sambil diaduk hingga mendidih, dinginkan.
6. Sendokkan cendol ke dalam gelas.
7. Tambahkan kuah gula merah dan santan.
8. Sajikan dengan es batu untuk 5 orang.
                                   
Menurut saya kesegaran minuman tradisional ini sangatlah nikmat dan membuat ketagihan karena rasa manis dari gula jawa ini, sangat cocok untuk lidah orang jawa yang suka manis.

Sumber :


»»  READMORE...

Sabtu, 05 November 2011

Budaya Jawa Timur


Pendahuluan


Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam, di karenakan posisi yang sangat strategis . Tidak hanya itu pula , Indonesia pun kaya akan adat, suku , serta budaya. Meskipun terdapat berbagai macam perbedaan budaya  tetapi tetap satu kesatuan. Bangsa Indonesia di kenal sebagai bangsa yang ramah, saling menolong,  serta peduli terhadap orang lain. Bangsa yang baik adalah bangsa yang mau mengenal dan melestarikan budayanya. Baiklah, disini saya akan membahas salah satu budaya di Indonesia yaitu Jawa Timur.

Isi

Suku


                Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya.Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, etnisitas di Jawa Timur lebih heterogen. Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur daratan. Suku Madura mendiami di Pulau Madura dan daerah Tapal Kuda (Jawa Timur bagian timur), terutama di daerah pesisir utara dan selatan. Di sejumlah kawasan Tapal Kuda, Suku Madura bahkan merupakan mayoritas. Hampir di seluruh kota di Jawa Timur terdapat minoritas Suku Madura, umumnya mereka bekerja di sektor informal.
            Selain penduduk asli, Jawa Timur juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup signifikan dan mayoritas di beberapa tempat, diikuti dengan Arab; mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan. Suku Bali juga tinggal di sejumlah desa di Kabupaten Banyuwangi. Dewasa ini banyak ekspatriat tinggal di Jawa Timur, terutama di Surabaya dan sejumlah kawasan industri lainnya.

Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun demikian Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar Suku Jawa. Bahasa Jawa yang dituturkan di Jawa Timur memiliki beberapa dialek/logat. Di daerah Mataraman (eks-Karesidenan Madiun dan Kediri), Bahasa Jawa yang dituturkan hampir sama dengan Bahasa Jawa Tengahan (Bahasa Jawa Solo-an). Di daerah pesisir utara bagian barat (Tuban dan Bojonegoro), dialek Bahasa Jawa yang dituturkan mirip dengan yang dituturkan di daerah Blora-Rembang di Jawa Tengah.
       Dialek Bahasa Jawa di bagian tengah dan timur dikenal dengan Bahasa Jawa Timuran, yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa Dialek Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek Bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan Dialek Surabaya. Dibanding dengan bahasa Jawa dialek Mataraman (Ngawi sampai Kediri), bahasa dialek malang termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kata makan, jika dalam dialek Mataraman diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam dialek Malangan diucapkan 'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara bahasa arek Surabaya dengan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik yang lazim dipakai oleh arek-arek Malang.

Kesenian

Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.
Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi icon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan, Angling Darma, dan Sarip Tambak-Oso.
Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.
Terdapat pula kebudayaan semacam barong sai di Jawa Timur. Kesenian itu ada di dua kabupaten yaitu, Bondowoso dan Jember. Singo Wulung adalah kebudayaan khas Bondowoso. Sedangkan Jember memiliki macan kadhuk. Kedua kesenian itu sudah jarang ditemui.

Budaya dan adat istiadat

Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasan ini.
Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakan daerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.
Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa: Surakarta dan Yogyakarta.
Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Masyarakat di pesisir barat: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria, berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain di Indonesia, dimana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan masuk ke dalam keluarga wanita.
Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.

Agama

Suku Jawa umumnya menganut agama Islam, sebagian menganut agama Kristen dan Katolik, dan ada pula yang menganut Hindu dan Buddha. Sebagian orang Jawa juga masih memegang teguh kepercayaan Kejawen. Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam. Sedangkan Suku Tengger menganut agama Hindu.
Orang Tionghoa umumnya menganut Konghucu, meski ada pula sebagian yang menganut Buddha, Kristen, dan Katolik; bahkan Masjid Cheng Ho di Surabaya dikelola oleh orang Tionghoa dan memiliki arsitektur layaknya kelenteng.

Arsitektur

Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo) umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo, bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak setangkep).
Masa kolonialisme Hindia-Belanda juga meninggalkan sejumlah bangunan kuno. Kota-kota di Jawa Timur banyak terdapat bangunan yang didirikan pada era kolonial, terutama di Surabaya dan Malang.

Kota-kota

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur, hierarki perkotaan di Jawa Timur terdiri atas perkotaan metropolitan, perkotaan menengah, dan perkotaan kecil.
  • Perkotaan metropolitan meliputi Perkotaan Surabaya Metropolitan Area (Kota Surabaya, perkotaan Sidoarjo dan sekitarnya, perkotaan Gresik dan sekitarnya, serta perkotaan Bangkalan dan sekitarnya) dan Perkotaan Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan perkotaan Kepanjen dan sekitarnya).
  • Perkotaan menengah terdiri atas: Perkotaan Tuban, Perkotaan Lamongan, Perkotaan Jombang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Perkotaan Bojonegoro, Kota Madiun, Kota Kediri, Perkotaan Jember, Perkotaan Banyuwangi, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Perkotaan Pamekasan dan Kota Batu.
  • Perkotaan Kecil terdiri atas: Perkotaan Sampang, perkotaan Sumenep, Perkotaan Ngawi, Perkotaan Magetan, Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Bondowoso, Perkotaan Tulungagung, Perkotaan Trenggalek, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Pacitan, Perkotaan Lumajang, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Kraksaan dan Perkotaan Caruban.

Makanan khas

Pada dasarnya, lidah orang jawa terkenal menyukai rasa manis. Padahal rasa pedas kuliner juga banyak kita jumpai di timur pulau jawa ini. Makanan khas Jawa Timur di antaranya adalah rawon dan rujak petis. Surabaya terkenal akan rujak cingur, semanggi, lontong balap, sate kerang, dan lontong kupang. Kediri terkenal akan tahu takwa, tahu pong, dan getuk pisang. Madiun dikenal akan nasi pecel madiun dan sebagai penghasil brem. Kecamatan Babat, Lamongan terkenal akan wingko babat nya. Malang dikenal sebagai penghasil keripik tempe selain itu Cwie Mie dan Bakso juga merupakan kuliner khas daerah ini. Bondowoso merupakan penghasil tape yang sangat manis. Gresik terkenal dengan nasi krawu, otak-otak bandeng,bonggolan dan pudak nya. Sidoarjo terkenal akan kerupuk udang dan petisnya. Dan Trenggalek merupakan penghasil Tempe Kripik. Blitar memiliki makanan khas nasi pecel. Buah yang terkenal asli Blitar yaitu Rambutan. Banyuwangi terkenal dengan sego tempong dan makanan khas campurannya yaitu rujak soto dan pecel rawon.
Jagung dikenal sebagai salah satu makanan pokok orang Madura, sementara ubi kayu yang diolah menjadi gaplek dahulu merupakan makanan pokok sebagian penduduk di Pacitan dan Trenggalek.

Sifat Orang Jawa

Sebagian masyarakat kita berpendapat, dalam mengambil keputusan, orang Jawa itu lamban. Tidak cepat bertindak. Penakut. Maka setiap masalah yang dihadapi menjadi berlarut-larut. Yang lebih celaka, masalah lama belum terselesaikan, muncul masalah baru! Maka situasi dan kondisi permasalahan semakin ruwet-runyam.
Benarkah sifat orang Jawa itu lamban? Kebudayaan Jawa adalah heterogen, maka watak dan tabiat mayarakatnya pun beragam. Ada yang kalem, ada yang cekatan, ada yang klelar-kleler, ada yang rajin, ada yang polos, ada yang halus, ada yang berangasan, ada yang jahat ada yang baik, ada yang berbelit-belit, ada yang sombong, ada yang rendah hati, ada yang terbelakang, ada yang modern, ada yang peduli, ada yang cuek, ada yang mengelompok, ada yang menyendiri, dan sebagainya (Drs.Imam Suradjo, M.Hum/Kajian Budaya Jawa/Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS/2008). Ragam watak atau tabiat wong Jawa itu komplit. Oleh sebab itu watak orang Jawa tidak bisa disamaratakan (digebyah-uyah).

Sejarah

Orang Jawa itu berbudaya satu. Mereka berpikir dan berasa seperti nenek moyangnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur; dengan Surakarta dan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaannya. Seiring dengan zamannya, maka bahasa, budaya, dan gaya hidup wong Jawa juga mengalami proses asimilasi dan akulturasi.  Asimilasi dan akulturasi adalah fenomena budaya, kapan pun dan di mana pun. Dalam era globalisasi unsure-unsur bahasa, budaya, dan gaya hidup, saling mempengaruhi; saling memberi dan menerima. Pihak yang kuat, biasanya menjadi pihak yang memberi (Marbangun/1984).
Akibat globalisasi, orang Jawa semakin tersebar ke penjuru dunia. Maka bahasa, budaya, serta gaya hidup, semakin ikut mendunia. Dan ini tentu saja, sedikit atau banyak, ikut memberi warna baru kepada perilaku, adab, dan tabiat orang Jawa dan keturunannya.
Sejarah nasional mencatat, sejak dulu, jumlah suku bangsa Jawa terbesar di Indonesia. Bahkan, bahasa Jawa menduduki urutan ke-11 terbesar pada deretan bahasa dunia (Drs. Imam Sutardjo, M.Hum/2008). Pengguna bahasa Jawa tercatat 75,5 juta orang, dari penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 320 jiwa.
Sejarah purbakala pun mencatat, budaya Jawa sudah cukup tua dan tinggi. Sampai sekarang pun dokumentasi tertulis sastra-budaya Jawa kuno, masih tersimpan baik di museum-museum. Dari semua dokumen tertulis tersebut dapat dibuktikan bahwa manusia Jawa beberapa abad yang lalu telah memiliki kehidupan yang relatif mapan. Sejumlah candi dan patung kuno yang tersebar di pulau Jawa sebagai bukti secara faktual dan visual.

Perasaan Orang Jawa

Perasaan orang Jawa (tradisional-asli) dapat dibedakan: aji, pakewuh, ajrih, lingsem, isin. Aji adalah rasa hormat kepada orang yang lebih tinggi derajatnya, pangkatnya, martabatnya. Tidak cuma hormat, bahkan ada yang bercampur rasa kagum. Pakewuh (basa krama-nya: pakewet) adalah perasaan malu ketika dia harus berhubungan, bergaul, bercampur, bertemu, apalagi minta tolong, kepada orang yang derajat dan pangkatnya lebih tinggi.
Ajrih adalah perasaan malu (bercampur takut) disebabkan karena dirinya merasa telah bersalah, atau telah melakukan sesuatu yang kurang baik, kepada seseorang.
Rasa senang (krama: remen) adalah perasanaan senang, enak, nyaman, khususnya dalam berkomunikasi dengan orang lain yang sederajat.
Tresna adalah rasa senang, cinta, simpati, saat bertemu, bergaul, dengan orang lain, yang biasanya telah akrab.
Gething adalah rasa benci. Biasanya benci disebabkan oleh sifat-sifat buruk seseorang, sehingga dia menjauhi orang tersebut. Jadi jelas, budaya Jawa (bukan orang Jawa) memiliki budaya malu.
Jika bertemu dengan orang yang belum dikenal, maka ada dua kemungkinan. Pertama: orang Jawa akan menghindar, negative thinking. Kedua: bersahabat, aktif, positive thinking. Pada umumnya orang Jawa suka membantu orang lain, sesuai ungkapan dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan.
Adat atau kekhasan orang Jawalah yang mampu untuk belajar beradaptasi dan memaklumi apa yang terjadi di sekeliling kita dengan diam dan mengamati, adat orang Jawalah yang membuat kita mampu bertahan untuk tetap tenang seolah tidak terjadi apa-apa dalam kondisi yang ‘aneh’, adat orang Jawalah yang seringkali membuat kita terpaksa berkata ‘iya’ meskipun kita ingin berkata 'tidak' karena sifat pekewuhan terhadap orang lain, dan pada akhirnya, adat orang Jawalah yang sering dan sangat sering membuat kita harus berkorban perasaan karena memendam apa yang kita rasakan akibat perilaku atau perkataan orang lain yang sebenarnya menyakitkan.

Penutup


Sifat Orang Jawa umumnya lembut, akomodatif dan mudah bersahabat dengan siapa pun, tetapi orang non Jawa perlu hati-hati menyikapi dan memandang orang Jawa. Jangan sekali-kali meremehkan atau mengecewakan. Kenapa? Karena orang Jawa punya filosofi tiga nga, ngalah, ngalih dan ngamuk. Orang Jawa, katanya, suka ngalah untuk tujuan jangka panjang yang menguntungkan.
Tidak semua orang Jawa lamban, tergantung orangnya. Banyak orang Jawa yang berani bertindak tegas dan cepat (trampil-trengginas-tanggap-tanggon).

Sumber


http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur#Prasejarah
http://virgo-pendidikan.blogspot.com/2011/03/kebiasaan-dan-sifat-menurut-letak.html
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/15/benarkah-sifat-orang-jawa-itu-lamban/

»»  READMORE...

Jumat, 21 Oktober 2011

Seorang Ayah


Biasanya bagi anak perempuan yang telah dewasa ,yang sedang bekerja di perantauan,yang ikut suaminya merantau di luar kota,luar negeri,yang sedang sekolah,dan kuliah jauh dari orang tua…
Akan merasa sangat rindu pada ibunya,lalu bagaimana dengan ayahnya??
Mungkin karena ibu lebih sering menelpon untuk menanyakan keadaan aku setiap hari..
Tapi,,tahukah aku jika ayahlah yang mengingatkan ibu untuk menelponku!!!

Mungkin dulu sewaktu aku kecil ibulah yang lebih sering mengajakku bercerita dan berdongeng.
Tapi,,tahukah aku??
Sepulang ayah bekerja dengan wajah yang lelah,ayah selalu menanyakan kepada ibu tentang kabarku dan apa saja yang aku lakukan seharian?......

Pada saat aku masih anak perempuan kecil ayah biasanya mengajari aku naik sepeda,dan setelah ayah menganggapku bisa,ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu,kemudian ibu bilang “jangan dulu ayah,jangan di lepas dulu rodanya”.
Karena ibu takut putri manisnya terluka.
Tapi,sadarkah aku?...
Bahwa  ayah yakin akan membiarkanku, menatapku,dan menjagaku mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA…

Pada saat kamu merengek menangis minta mainan yang baru…ibu menatapku iba..
Tetapi ayah akan mengatakan dengan tegas “Boleh,kita beli nanti,tapi tidak sekarang”…
Tahukah aku,ayah melakukuan itu karena ayah tidak ingin aku menjadi anak yang manja dengan semua semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi!!!

Saat aku sakit pilek ayah yang terlelu khawatir sampai kadang-kadang sedikit membentak”Sudah dibilang kamu jangan minum air dingin “Berbeda dengan ibu yang selalu menasehatimu dengan lembut,,,Ketahuilah saat itu ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanku"
Saat aku sudah beranjak dewasa,aku mulai menuntut pada ayah untuk dapat ijin keluar malam,dan ayah bersikap tegas dan mengatakan”TIDAK BOLEH”
Tahukah aku…
Bahwa ayah melakukan itu untuk menjaga ku…karena bagi ayah ,aku adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga…Setelah itu aku marah pada ayah dan masuk kekamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetuk pintu dan membujukku agar tidak marah adalah IBU…
Tahukah aku…
Bahwa saat itu ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam hatinya…
Bahwa ayah saat itu sangat ingin mengikuti keinginanku,tapi lagi-lagi ia HARUS menjagaku…
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponku  atau bahkan datang kerumah menemuiku,ayah memasang wajah paling cool sedunia…
Ayah sesekali menguping atau mengintip saat aku sedang mengobrol berdua diruang tamu…Sadarkah aku bahwa hati ayah merasa sangat cemburu…

Saat aku mulai lebih dipercaya dan ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah,aku mulai memaksa untuk melanggar jam malamnya…Maka yang dilakukan ayah adalah duduk diruang tamu dan menungguku pulang dengan hati yang sangat khawatir.Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut.Ketika putri kecilnya pulang larut malam,hati ayah mengeras dan memarahiku…
Sadarkah aku…
Bahwa ini karena hal yang sangat ditakuti ayah akan srgera datang…
“Bahwa putri kecilnya ini akan segera pergi meninggalkan rumah dan meninggalkan ayah”

Setelah lulus SMA ayah akan sedikit memaksaku untuk menjadi seorang dokter dan insinyur,ketahuilah bahwa seluruh paksaan yang di lakukan ayah itu semata-mata hanya untuk memikirkan masa depanku nanti…
Tapi,toh ayah tetap tersenyum dan tetap mendukungku saat pilihanku tidak sesuai dengan pilihan ayah.
Ketika aku menjadi gadis dewasa,aku harus pergi ke kota lain ,dan ayah harus melepasku di bandara…
Tahukah aku?
Badan ayah terasa kaku untuk memelukku…
Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasihat ini itu,dan menyuruh aku untuk berhati-hati.
Padahal ayah ingin sekali menangis seperti ibu dan memelukku erat,,,
Tapi yang ayah lakukan hanya menghapus air mata disudut matanya dan menepuk pundakku dan berkata “Jaga diri baik-baik ya sayang!!!”
Ayah melakukan itu semua agar aku KUAT,kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat aku butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanku,orang pertama yang mengerutkan keningnya adalah ayah…Karena ayah berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan temen-temannya yang lain.

Ketika permintaanku bukan lagi sekedar meminta boneka baru dan ayah tahu ia tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan,kata-kata yang keluar dari mulut ayah adalah “Tidak,,,Tidak bisa”
Padahal yang ada didalam batin ayah adalah ia sangat ingin mengatakan “Ia sayang,Nanti ayah belikan untukku”
Tahukah aku?
Bahwa pada saat itu ayah telah gagal membuat anaknya tersenyum.
Saat aku diwisuda sebagai seorang sarjana,ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukku.Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa dan telah menjadi seseorang.

Sampai saat seseorang lelaki datang kerumah dan meminta izin pada ayah untuk mengambilku darinya,Ayah akan sangat berhati-hati memberimu izin karena ayah tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikannya nanti.

Dan akhirnya…
Saat ayah melihatku duduk dipanggung  pelaminan bersama seorang lelaki yang dinggapnya pantas menggantikannya,Ayah pun tersenyum bahagia.
»»  READMORE...